Orang (awam) menyangka bahwa yang termasuk dosa besar hanyalah membunuh, berzina, mencuri miras atau penyakit-penyakit masyarakat yang sering ditindak oleh aparat kepolisian. Jikalau orang melakukan perbuatan –perbuatan dosa tersebut maka masyarakat (awam) akan member cap buruk kepadanya. Tak ketinggalan pula, sebagian ormas-ormas islam ketika anggota masyarakat melakukan perbuatan dosa tersebut atau ada anggota masyarakat yang memfasilitasi perbuatan dosa tersebut, maka ormas islam itu kadang-kadang melakukan tindakan anarkhis tanpa seizing aparat yang berwenang, yaitu melakukan tindak main hakim sendiri, membakar toko penjual miras, menghancurkan diskotik dan tempat hiburan malam, apalagi menjelang bulan suci Ramadhan, alasannya amar ma’ruf nahi munkar.
Disini penulis tidak membahas
secara khusus hal diatas, namun yang kami soroti adalah disepelekannya sebuah
dosa yang lebih besar dari sekedar dosa-dosa yang telah disebutkan diatas. Ya,
ada sebuah dosa yang dianggap kecil oleh masyarakat, padahal dosa tersebut
hakikatnya lebih besar dari sekedar dosa mencuri, berzina, ataupun membunuh
orang. Dosa tersebut adalah dosa syirik, menyekutukan Alloh ta’ala. Banyak hal
yang dilakukan masyarakat (awam) padahal sesungguhnya perbuatan yang dilakukan
tersebut adalah syirik. Kita lihat contohnya: setiap bulan Muharam (bulan Suro:
Jawa) tiba, maka masyarakat melakukan tradisi-tradisi apa yang disebut dengan
tradisi tolak bala menyembelih kerbau kemudian kepalanya depersembahkan
(dilarung: jawa) ke laut untuk Nyi roro kidul. Ini adalah sebuah kesyirikan,
bertawakal menggantungkan nasib dan meminta keselamatan kepada Nyi Roro Kidul.
Padahal sesungguhnya tidak akan terjadi
manfaat ataupun mudharat tanpa seizing Alloh. Menyembelih binatang untuk selain
Alloh dalam rangka ritual ibadah juga merupakan bentuk kesyirikan. Itu baru
satu contoh, masih banyak contoh-contoh lain yang akrab dilakukan oleh
masyarakat. Dari yang tingkat kesyirikannya tinggi hingga perbuatan bid’ah yang
menjurus kepada kesyirikan.
Kembali ke tema awal, mengapa
perbuatan syirik termasuk dosa yang paling besar, bahkan lebih besar dari
dosa-dosa mencuri, berzina, durhaka kepada orang tua, dan sebagainya?
Jawabannya adalah karena syirik
itu melanggar hak Alloh, sedangkan mencuri,
berzina, membunuh, dan sebagainya itu melanggar hak manusia sesama. Melanggar
hak penguasa tentu jenis pelanggarannya lebih berat daripada sekedar melanggar
hak rakyat biasa. Perbuatan syirik adalah melanggar hak penguasa, dan tidak
tanggung-tanggung, Allah adalah penguasa alam semesta yang menciptakan, member
rizki, dan menghidupkan serta mematikan. Tentu saja pelanggaran kepadaNya
adalah seberat-berat pelanggaran.
Itulah alasan mengapa dosa syirik
merupakan dosa terbesar. Masyarakat (awam) banyak yang tidak tau akan hal ini.
Maka melalui tulisan ini semoga mampu membuka cara berpikir masyarakat yang
selama ini masih kurang memperhatikan masalah akidah dasar dalam pengamalan
sehari-hari. Melalui tulisan ini juga penulis ajukan sebuah pertanyaan kepada
aktifis ormas-ormas islam penegak amar ma’ruf nahi mungkar: mengapa dosa-dosa
besar seperti berjudi, zina, miras sering disweeping, ditegakkan amar ma’ruf
nahi munkar kepadanya, tetapi mengapa symbol-simbol kesyirikan kuburan-kuburan
para wali yang disembah, batu dan pohon yang diberi sesaji (sajen) tidak
disweeping? Padahal sesungguhnya symbol-simbol kesyirikan tersebut lebih berhak
dihancurkan terlebih dahulu daripada sarana kemaksiatan selainnya. Semoga
dengan tulisan ini pula dapat membuka cakrawala pemikiran para aktifis ormas
islam, untuk dapat menyelamatkan umat dari bahaya disa syirik dan dosa
kemaksiatan lainnya.
Melanggar hak penguasa tentu jenis pelanggarannya lebih berat daripada sekedar melanggar hak rakyat biasa. Perbuatan syirik adalah melanggar hak penguasa, dan tidak tanggung-tanggung, Allah adalah penguasa alam semesta yang menciptakan, member rizki, dan menghidupkan serta mematikan. Tentu saja pelanggaran kepadaNya adalah seberat-berat pelanggaran
BalasHapus*wallahu`alam..