Pages - Menu

Selasa, 17 Oktober 2017

Boleh Jadi Kamu Membenci Sesuatu

وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu
Ini adalah penggalan dari ayat ke 216 dari surat al Baqarah, yaitu yang lengkapnya:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Ayat ini berisi tentang kewajiban untuk berjihad atas kaum muslimin (Tafsir Ibnu Katsir, hlm. 270), sebagaimana dikatakan az Zuhri: “jihad itu diwajibkan atas semua orang (Islam)”. Kewajiban jihad dan jihad itu sendiri adalah sesuatu yang berat karena harus melakukan perjalanan yang jauh, berhadapan dengan musuh yang dapat mengakibatkan orang terluka dan terbunuh, sehingga apa yang ada di dalam hati manusia ketika mendengar kewajiban ini adalah sebagaimana dituturkan di lanjutan ayat tersebut: “padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci”.
Kalimat: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu” adalah kesimpulan dari ayat tentang perang tersebut yang memiliki nilai pelajaran yang besar. Seolah-olah ayat ini mengajarkan kita “boleh jadi kamu benci perang yang diwajibkan atasmu, sedangkan sebenarnya itu baik untukmu”. Ini bertepatan dengan penjelasan Allah di dalam ayat yang lain, di surat an Nisa’ ayat 19:
فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Selasa, 10 Oktober 2017

SUATU MALAM DI KUBURAN


Suatu malam di kuburan…
Ikhwan : “Lho…koq kita malah kemari?”
Quburiyyun : “Iya…mampir sebentar. Ada sedikit keperluan?”
Ikhwan : “Ada keperluan apa di kuburan malam2 begini?…”
Quburiyyun : “Besok kita kan mau pergi safar mendaki gunung, jadi kita perlu ziarahkemari.”
Ikhwan : “Memang apa hubungannya pergi safar dengan ziarah kubur?”
Quburiyyun : “Ya ada. Supaya kepergian kita nanti lebih selamat dan dimudahkan Allah.”
Ikhwan : “Wah tidak boleh itu. Kalau ingin selamat dan dimudahkan kenapa tidak berdoa langsung kepada Allah? Kenapa harus ada acara ziarah kubur?”
Quburiyyun : “Ziarah kubur itu dianjurkan dalam Islam, banyak dalilnya. Jangan sepertiWahhabi yang melarang ziarah kubur.”
Ikhwan : “Memang ziarah kubur dianjurkan dalam Islam dan banyak dalilnya. Lagipula Wahhabi tidak mutlak melarang ziarah kubur. Yang dilarang adalah ziarah kubur yang menyelisihi syariat.”
Quburiyyun : “Seperti apa ziarah kubur yang syar’i?”
Ikhwan : “Kita sebatas mengucapkan salam kepada penghuni kubur dan mendoakannya, selain itu untuk mengingatkan kita kepada kematian.”

KISAH UWAIS AL-QORNI

Nama dan nasab beliau. Beliau adalah Uwais bin Amir bin Jaz-un bin Malik al-Qorni, al-Muradi, al-Yamani. Nama qunyah beliau adalah Abu Amr, beliau adalah suri teladan dalam kezuhudan, beliaulah salah satu dari pemimpinnya para tabi’in pada zamannya.
Keterasingannya pada penduduk bumi dan kemasyhurannya pada penduduk langit
Beliau seorang wali dari wali-wali Allah yang bertaqwa kepada penciptanya, berbakti kepada orang tuanya, sehingga tidaklah heran jikalau Allah Ta’ala memujinya di kalangan penduduk langit, Demikian juga Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengkabarkan tentang kemuliaan dan kedudukannya kepada sebagian para shahabatnya, walaupun kebanyakan manusia di zamannya tidak mengenal dan bahkan lebih dari itu mengucilkan dan menghinakannya.Berikut beberapa riwayat yang menceritakan tentang kisahnya:
Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik tabi’in adalah seorang lelaki yang dipanggil Uwais, dia mempunyai seorang ibu, dan padanya terdapat tanda putih (di bawah pundaknya –red), maka suruhlah dia untuk memintakan ampun bagi kalian.(HR. Muslim).
Diriwayatkan dari Usair bin Jabir, bahwa penduduk Kufah mengirim beberapa utusan, dari utusan yang diutus ada seorang yang menghina Uwais, maka Umar berkata: “Apakah ada seseorang yang berasal dari suku Qorni”, maka datanglah laki-laki tersebut, maka Umar berkata kepadanya: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya ada seorang laki-laki akan datang kepada kalian dari Yaman, yang dipanggil dengan Uwais, tidaklah dia meninggalkan di Yaman selain ibunya, dia pernah tertimpa penyakit kusta (belang), dan kemudian dia berdoa kepada Allah (agar disembuhkan) maka Allah menghilangkan penyakit itu darinya dan tersisa (dari penyakit itu -red) sebesar dinar atau dirham, barangsiapa yang bertemu dengannya dari kalian, maka mintalah dia untuk memohonkan ampunan bagi kalian”. (HR. Muslim)