وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu
Ini adalah penggalan dari ayat ke 216 dari surat al Baqarah, yaitu yang lengkapnya:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Ayat ini berisi tentang kewajiban untuk berjihad atas kaum muslimin (Tafsir Ibnu Katsir, hlm. 270), sebagaimana dikatakan az Zuhri: “jihad itu diwajibkan atas semua orang (Islam)”. Kewajiban jihad dan jihad itu sendiri adalah sesuatu yang berat karena harus melakukan perjalanan yang jauh, berhadapan dengan musuh yang dapat mengakibatkan orang terluka dan terbunuh, sehingga apa yang ada di dalam hati manusia ketika mendengar kewajiban ini adalah sebagaimana dituturkan di lanjutan ayat tersebut: “padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci”.
Kalimat: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu” adalah kesimpulan dari ayat tentang perang tersebut yang memiliki nilai pelajaran yang besar. Seolah-olah ayat ini mengajarkan kita “boleh jadi kamu benci perang yang diwajibkan atasmu, sedangkan sebenarnya itu baik untukmu”. Ini bertepatan dengan penjelasan Allah di dalam ayat yang lain, di surat an Nisa’ ayat 19:
Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
Syaikh Dr. Umar al Muqbil menjelaskan tentang faedah dari kaidah ini bagi kehidupan kita, bahwa betapa banyak manusia berada dalam keadaan yang ia membencinya tetapi sesungguhnya Allah telah menetapkan ada kebaikan, yang kebaikan itu tersembunyi bagi manusia tersebut atau masih belum bisa diketahuinya. Tentunya kita masih ingat bagaimana kisah Nabi Yusuf yang didzalimi oleh saudara-saudaranya dan kemudian harus terpisah dari ayahnya, Nabi Ya’qub. Tetapi penderitaan yang dialaminya tersebut berakhir dengan takdir yang baik.
Dan, ini ditutup dengan tepat--dan demikianlah, Maha Benar Allah dengan segala firmanNya--dengan sebuah penutup:
وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Allah, dengan takdirnya yang telah dituliskan atas kita jauh sebelum penciptaan langit bumi dan seisinya telah mengetahui dengan detail semua hal yang berkenaan dengan makhlukNya. Sebaliknya, makhluknya tidaklah mengetahui apa-apa selain apa yang dihadapannya...apa yang sedang terjadi pada dirinya. Karenanya, bagi mereka yang memahami iman kepada takdir (qadha dan qadar) maka ayat ini adalah ayat yang menyadarkan kembali ketidakmampuan manusia bahkan untuk mengetahui kebaikan apa yang sedang menunggunya, atau keburukan apa yang sedang menantinya kelak.
Tetapi, Allah tidaklah begitu saja membiarkan hamba-hambaNya tanpa petunjuk. Allah telah menurunkan al Quran dan Sunnah sebagai petunjuk akan kebaikan itu. Oleh karena itu, meski berat, sulit, penuh cobaan dan rintangan di dalam apa yang telah diperintahkan oleh Allah, maka insyaAllah kebaikan yang besar ada di dalamnya. Sebaliknya, kemaksiatan yang disukai oleh seseorang, bisa jadi akan memberikan keburukan yang sangat besar pada pelakunya.
Sumber: https://m.facebook.com/notes/andy-bangkit-setiawan/boleh-jadi-kamu-membenci-sesuatu/10155506416018938/?refid=21&_ft_=top_level_post_id.10155506416018938&__tn__=H-R
Tidak ada komentar:
Posting Komentar