Bahkan
jika tangannya telah lelah memukul maka iapun menggunakan tongkat atau
cambuk untuk memukul anaknya. Sementara jika bertemu dengan
sahabat-sahabatnya jadilah ia orang yang paling lembut dan ramah.
Memang benar bahwa boleh bagi
seorang ayah atau ibu untuk mendidik anaknya dengan memukul, akan tetapi
hal itu keluar dari hukum asal. Karena hukum asal dalam mendidik…bahkan
dalam segala hal adalah dengan kelembutan. Kita –sebagai orang tua-
tidak boleh berpindah kepada metode pemukulan kecuali jika kondisinya
mendesak. Itupun tidak boleh dengan pemukulan yang semena-mena, semau
kita, seperti pukulan yang menimbulkan bekas…terlebih lagi yang
mematahkan tulang…
Sering syaitan menghiasi para orang tua
dengan menjadikan mereka menyangka bahwa metode kekerasan dalam
mendidik anak-anak adalah metode yang terbaik dan praktis serta metode
yang singkat dan segera mendatangkan keberhasilan. Karena dengan
kekerasan dalam sekejap sang anak menjadi penurut. '
Ingatlah ini semua hanyalah was-was syaitan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :
مَا كَانَ الرِّفْقُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا نُزِعَ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
"Tidaklah
kelembutan pada sesuatupun kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah
dicabut dari sesuatupun kecuali akan memperburuknya" (Dishahihkan oleh Al-Albani)
Memang benar…jika seorang anak disikapi keras maka ia akan nurut dan patuh…akan tetapi hanya sekejap dan sementara…
Kenyataan
yang ada menunjukan bahwa jika seorang ayah atau ibu yang senantiasa
memukuli dan mengerasi anak-anak mereka akan menimbulkan dampak buruk:
-
Jadilah kedua orang tua tersebut berhati keras…, hilang kelembutan dari
mereka, karena mereka telah membiasakan kekerasan dalam hati mereka
-
Bahkan anak-anak mereka yang sering mereka pukuli pun menjadi keras…,
keras dan kasar sikap mereka dan juga keras hati mereka.
-
Bahkan tidak jarang sang anak yang dikerasi maka semakin menjadi-jadi
keburukannya. Terutama jika sang anak merasa aman dari control kedua
orang tuannya. Hal ini menunjukan sikak keras terhadap seringnya tidak
membuahkan keberhasilan dalam mendidik anak-anak
-
Kalaupun metode kekerasan berhasil merubah sang anak menjadi seorang
anak yang "tidak nakal" maka bagaimanapun akan berbeda hasilnya dengan
seorang anak yang dibina dengan kelembutan. Seorang anak yang "tidak
nakal" yang merupakan buah metode kekerasan tidak akan memiliki
kelembutan dalam sikap dan tutur kata serta kelembutan hati yang
dimiliki oleh seorang anak yang dididik dengan penuh kelembutan !!.
Adapun
jika kedua orang tua bersikap lembut kepada anak-anak mereka, dan tidak
memukul kecuali dalam kondisi terdesak, sehingga tidak keseringan…maka
akan menimbulkan banyak dampak positif, diantaranya :
- Kedua orang tua tetap bisa menjaga kelembutan hati keduanya
-
Kelembutan hati anak-anak mereka juga bisa terjaga, demikian pula
akhlak anak-anak mereka menjadi akhlak yang mulia. Karena mereka telah
meneladani kedua orang tua mereka yang selalu bersikap lembut dan sayang
kepada mereka
- Anak-anak tatkala telah dewasa maka yang
mereka selalu kenang adalah kebaikan, kelembutan, ciuman kedua orang
tua mereka yang telah bersabar dalam mendidik mereka. Jadilah mereka
anak-anak yang berbakti yang selalu ingin membalas budi kebaikan kedua
orang tua mereka.
- Kedua orang tua akan mendapatkan
rahmat Allah dan ganjaran dari Allah karena sikap lembut mereka kepada
anak-anak mereka
Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- berkata :
قَبَّلَ
النَّبِىّ صلى الله عليه وسلم الْحَسَنَ بْنَ عَلِىٍّ ، وَعِنْدَهُ
الأقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِىُّ جَالِسًا ، فَقَالَ الأقْرَعُ :
إِنَّ لِى عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا ،
فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ قَالَ : مَنْ
لا يَرْحَمُ لا يُرْحَمُ
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mencium Al-Hasan bin 'Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro' bin Haabis
At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro' berkata, "Aku punya 10 orang
anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium". Maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallampun melihat kepada Al-'Aqro' lalu beliau
berkata, "Barangsiapa yang tidak merahmati/menyayangi maka ia tidak akan dirahmati" (HR Al-Bukhari no 5997 dan Muslim no 2318)
Dalam kisah yang sama dari 'Aisyah –semoga Allah meridhoinya- ia berkata :
جَاءَ
أَعْرَابِى إِلَى النَّبِى صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : تُقَبِّلُونَ
الصِّبْيَانَ ، فَمَا نُقَبِّلُهُمْ ، فَقَالَ النَّبِى صلى الله عليه وسلم
أَوَأَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ
"Datang
seorang arab badui kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu
berkata, "Apakah kalian mencium anak-anak laki-laki?, kami tidak mencium
mereka". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Aku tidak
bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa rahmat/sayang dari
hatimu" (HR Al-Bukhari no 5998 dan Muslim no 2317)
Ibnu Batthool rahimahullah berkata, "Menyayangi
anak kecil, memeluknya, menciumnya, dan lembut kepadanya termasuk dari
amalan-amalan yang diridhoi oleh Allah dan akan diberi ganjaran oleh
Allah. Tidakkah engkau perhatikan Al-Aqro' bin Haabis
menyebutkan kepada Nabi bahwa ia memiliki 10 orang anak laki-laki tidak
seorangpun yang pernah ia cium, maka Nabipun berkata kepada Al-Aqro'
((Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayang)).
Maka
hal ini menunjukan bahwa mencium anak kecil, menggendongnya, ramah
kepadanya merupakan perkara yang mendatangkan rahmat Allah. Tidak engkau
perhatikan bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menggendong
(*cucu beliau) Umaamah putrinya Abul 'Aash (*suami Zainab putri Nabi) di
atas leher beliau tatkala beliau sedang sholat?, padahal sholat adalah
amalan yang paling mulia di sisi Allah dan Allah telah memerintahkan
kita untuk senantiasa khusyuk dan konsentrasi dalam sholat. Kondisi Nabi
yang menggendong Umaamah tidaklah bertentangan dengan kehusyu'an yang
diperintahkan dalam sholat. Nabi kawatir akan memberatkan Umaamah (*si
kecil cucu beliau) kalau beliau membiarkannya dan tidak digendong dalam
sholat.
Pada sikap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ini
merupakan teladan yang paling besar bagi kita, maka hendaknya kita
meneladani beliau dalam menyayangi anak-anak baik masih kecil maupun
yang besar, serta berlemah lembut kepada mereka" (Syarh Shahih
Al-Bukhari karya Ibnu Batthool, 9/211-212)
Syaikh Ibnu Al-'Utsaimin rahimahullah berkata, "Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam مَنْ لا يَرْحَمُ لا يُرْحَمُ (Barangsiapa yang tidak merahamati maka tidak dirahmati),
yaitu barangsiapa yang tidak merahmati manusia maka ia tidak akan
dirahmati oleh Allah Azza wa Jalla –kita berlindung kepada Allah akan
hal ini-, serta Allah tidak memberi taufiq kepadanya untuk merahmati.
Hadits ini menunjukan bahwa bolehnya mencium anak-anak kecil karena
rahmat dan sayang kepada mereka, apakah mereka anak-anakmu ataukah
cucu-cucumu dari putra dan putrimu atau anak-anak orang lain. Karena hal
ini akan mendatangakna rahmat Allah dan menjadikan engkau memiliki hati
yang menyayangi anak-anak. Semakin seseorang rahmat/sayang kepada
hamba-hamba Allah maka ia semakin dekat dengan rahmat Allah. Bahkan
Allah mengampuni seorang wanita pezina tatkala wanita pezina tersebut
merahmati seekor anjing yang menjilat-jilat tanah karena kehausan…
Jika
Allah menjadikan rasa rahmat/kasih sayang dalam hati seseorang maka itu
merupakan pertanda bahwa ia akan dirahmati oleh Allah…"
"Maka
hendaknya seseorang menjadikan hatinya lembut, ramah, dan sayang (kepada
anak-anak), berbeda dengan kondisi sebagian orang bodoh. Bahkan tatkala
anaknya yang masih kecil menemuinya sementara ia sedang di warung kopi
maka iapun membentak dan mengusir anaknya. Ini merupakan kesalahan.
Lihatlah bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang
paling baik dan mulia akhlak dan adabnya. Suatu hari beliau sedang sujud
–tatkala beliau mengimami para sahabat- maka datanglah Al-Hasan bin Ali
bin Abi Thoolib, lalu –sebagaiman sikap anak-anak-, Al-Hasanpun menaiki
pundak Nabi yang dalam kondisi sujud. Nabipun melamakan/memanjangkan
sujudnya. Hal ini menjadikan para sahabat heran (*mereka berkata :
هَذِهِ سَجْدَةٌ قَدْ أَطَلْتَهَا، فَظَنَنَّا أَنَّهُ قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ، أَوْ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيْكَ
"Wahai
Rasulullah, engkau telah memperpanjang sujudmu, kami mengira telah
terjadi sesuatu atau telah diturunkan wahyu kepadamu"-pen),
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada mereka,
ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ، وَلَكِنَّ ابْنِي ارْتَحَلَنِي، فَكَرِهْتُ أَنْ أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ
"Bukan…, akan tetapi cucuku ini menjadikan aku seperti tunggangannya,
maka aku tidak suka menyegerakan dia hingga ia menunaikan kemauannya"
(*HR Ahmad no 16033 dengan sanad yang shahih-pen dan An-Nasaai no 1141
dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Yaitu aku tidak ingin segera bangkit dari sujudku hingga ia menyelesaikan keinginannya. Ini buah dari rasa kasih sayang.
Pada
suatu hari yang lain Umamah binti Zainab putri Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam yang masih kecil dibawa oleh Nabi ke masjid. Lalu Nabi sholat
mengimami para sahabat dalam kondisi menggendong putri mungil ini. Jika
beliau sujud maka beliau meletakkannya di atas tanah, jika beliau
berdiri maka beliau menggendongnya. Semua ini beliau lakukan karena
sayang kepada sang cucu mungil. Padahal bisa saja Nabi memerintahkan
Aisyah atau istri-istrinya yang lain untuk memegang cucu mungil ini,
akan tetapi karena rasa kasih sayang beliau. Bisa jadi sang cucu hatinya
terikat senang dengan kakeknya shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Nabi
ingin menenangkan hati sang cucu mungil.
Pada suatu hari Nabi
sedang berkhutbah, lalu Al-Hasan dan Al-Husain (*yang masih kecil)
datang memakai dua baju –mungkin baju baru-. Baju keduanya tersebut
kepanjangan, sehingga keduanya tersandung-sandung jatuh bangun tatkala
berjalan. Maka Nabipun turun dari mimbar lalu menggendong keduanya
dihadapan beliau (*di atas mimbar) lalu beliau berkata:
صَدَقَ
اللهُ إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ نَظَرْتُ إِلَى
هَذَيْنِ الصَّبِيَّيْنِ يَمْشِيَانِ وَيْعْثُرَانِ فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى
قَطَعْتُ حَدِيْثِي وَرَفَعْتُهُمَا
"Maha benar Allah…"Hanyalah
harta kalian dan anak-anak kalian adalah fitnah", aku melihat kedua anak
kecil ini berjalan dan terjatuh, maka aku tidak sabar hingga akupun
memutuskan khutbahku dan aku menggendong keduanya" (HR At-Thirmidzi no
2969 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Kemudian beliau melanjutkan khutbah beliau (*lihat HR Abu Dawud no 1016 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Yang
penting hendaknya kita membiasakan diri kita untuk menyayangi
anak-anak, demikian juga menyayangi semua orang yang butuh kasih sayang,
seperti anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang lemah (tidak
mampu) dan selain mereka. Dan hendaknya kita menjadikan dalam hati kita
rasa rahmat (kasih sayang) agar hal itu menjadi sebab datangnya rahmat
Allah bagi kita, karena kita juga butuh kepada rahmat" (dari Syarah
Riyaad As-Shoolihiin, dengan sedikit perubahan)
Sungguh mulia
akhlak Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada anak-anak…beliau
menggendong anak-anak…bahkan dalam sholat beliau, karena kasih sayang
kepada anak-anak …mencium anak-anak adalah ibadah…mendatangkan rahmat
Allah. Bahkan beliau pernah berjalan cukup jauh hanya untuk mencium
putra beliau Ibrahim.
Anas Bin Malik –semoga Allah meridhoinya- berkata :
«مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَرْحَمَ بِالْعِيَالِ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»، قَالَ: «كَانَ إِبْرَاهِيمُ مُسْتَرْضِعًا لَهُ فِي عَوَالِي الْمَدِينَةِ، فَكَانَ يَنْطَلِقُ وَنَحْنُ مَعَهُ فَيَدْخُلُ الْبَيْتَ وَإِنَّهُ لَيُدَّخَنُ، وَكَانَ ظِئْرُهُ قَيْنًا، فَيَأْخُذُهُ فَيُقَبِّلُهُ، ثُمَّ يَرْجِعُ»
"Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih sayang kepada anak-anak dari pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Putra Nabi (yang bernama) Ibrahim memiliki ibu susuan di daerah Awaali
di kota Madinah. Maka Nabipun berangkat (*ke rumah ibu susuan tersebut)
dan kami bersama beliau. lalu beliau masuk ke dalam rumah yang ternyata
dalam keadaan penuh asap. Suami Ibu susuan Ibrahim adalah seorang pandai
besi. Nabipun mengambil Ibrahim lalu menciumnya, lalu beliau kembali" (HR Muslim no 2316)
Karenanya…bersabarlah
wahai para orang tua dalam mendidik anak kalian…sayangilah
mereka…peluklah mereka…ciumlah mereka….semuanya akan mendatangkan pahala
dan rahmat Allah.
By: Abu ‘Abdilmuhsin Firanda Andirja
MANTEB.... INSYAALLOH DILAKSANAKAN
BalasHapusamin....
BalasHapus